SELAMAT DATANG DIBLOG KU

Saturday, April 27, 2013




IMPLEMENTASI KURIKULUM

                                                                                                        CURRICULUM IMPLEMENTATION
(Chapter 9:  Ornstein & Hunkins)
          Leslie Bishop mengatakan bahwa implementasi memerlukan restrukturisasi dan pergantian. Implementasi menghendaki pengorganisasian kembali, penyesuaian perilaku pribadi, cara bersikap, penekanan program, lama pembelajaran dan adanya jadwal serta kurikulum. Berarti para pendidik harus beralih ke program baru. Sejalan dengan ini pembimbing kurikulum dapat memicu perubahan perilaku staf berdasarkan mutu perencanaan awal dan presisi langkah pengembangan kurikulum yang telah berjalan.
          Dalam mengevaluasi implementasi
kita perlu mempertimbangkan berbagai asumsi dari para pendidik untuk diproses. Banyak yang berpendapat bahwa implementasi hanya sebagai langkah dalam proses perencanaan kurikulum yang hasilnya dapat diharapkan dari perencanaan dan tingkat perancangan implementasi aktual. Fullan dan Pomfret berkomentar: Jika terdapat penemuan yang menonjol dalam tinjauan kami, ini berarti bahwa implementasi yang efektif memerlukan waktu inovasi, interaksi personal dan kontak, pelatihan, serta dukungan masyarakat.
          Untuk menerapkan program dan proses, perubahan perilaku dari pihak  yang terlibat harus ada. Implementasi merupakan proses yang melibatkan pengurangan perbedaan antara praktek yang ada dengan praktek yang disarankan oleh para innovator. Implementasi berusaha mempengaruhi perubahan perilaku. Perlu waktu bagi masyarakat untuk menerima suatu inovasi.
Hubungan Implementasi dengan Perencanaan
          Implementasi yang sukses merupakan hasil perencanaan yang teliti. Ini merupakan pengembangan dan penentuan bagaimana mengatur kebijaksanaan yang akan mengendalikan aksi atau tindakan yang telah direncanakan tersebut. Perencanaan berlangsung sebelum penciptaan program atau penyampaian program tersebut. Perencanaan efektif harus sejalan dengan perubahan yang diinginkan untuk penerapan selanjutnya.
          Implementasi memerlukan perencanaan yang terfokus pada tiga faktor: Masyarakat, program, organisasi atau proses serta institusi. Jika masyarakat berubah, program dan organisasi juga berubah.
          Pembina kurikulum perlu mempertimbangkan ketiga faktor di atas. Seorang Pembina berharap untuk menekankan satu faktor melebihi faktor lainnya, tetapi Pembina yang tidak ahli akan mengacuhkan faktor apapun. Banyak sekolah yang gagal menerapkan program-programnya karena mengabaikan faktor masyarakat dan biaya.
          Beberapa prinsip dapat membimbing perubahan tingkah laku orang dewasa. Prinsip ini meliputi pengembangan berbagai perspektif, menyesuaikan waktu untuk mengembangkan ide dan menciptakan lingkungan yang mendukung pembelajaran sebagai prioritas. Dari hal ini pelaksana kurikulum memfasilitasi keterlibatan aktif para guru untuk belajar dari pengalaman, mendorong terciptanya lingkungan yang penuh keterbukaan dan saling percaya, serta memberikan umpan balik dimana orang-orang yang terlibat menyadari bahwa kontribusi dan bakat mereka begitu dihargai.
          Guru butuh waktu untuk mencoba program baru agar dapat diterapkan. Mereka juga butuh waktu merefleksikan tujuan dan objek baru tersebut, agar dapat mempertimbangkan isi dan pengalaman belajar, serta menguji coba tugas baru tersebut. Mereka dapat menangani program baru jika perubahan-perubahan yang terjadi sejalan dengan peningkatan gaji. Pelaksana kurikulum yang berhasil akan menghargai bahwa guru butuh waktu untuk terlibat dalam pelaksanaan suatu kurikulum baru dan mahir dalam menyampaikan program baru tersebut.
          Dengan demikian Pembina kurikulum perlu menciptakan suasana yang konduksif diantara staf pengajar dan masyarakat. Pembina harus menginformasikan kepada semua orang bahwa pandangan dan pertanggung jawaban mereka sangat dibutuhkan dalam pengiriman dan pengolahan pesan. Hal ini nyata terlihat pada aktifitas implementasi tingkatan kurikulum.
          Kerjasama diantara setiap orang yang terlibat dalam implementasi program harus ada sehingga perubahan tersebut berhasil dan melembaga. Jika seorang guru terlibat aktif dalam pengembangan kurikulum dan implementasinya, besar kemungkinan implementasi tersebut mengalami peningkatan.
          Para pendidik harus belajar agar perubahan tersebut efektif dan memahami bahwa hal ini bernilai profesional bagi mereka. Yang paling utama kita juga telah mempelajari bahwa reformasi yang sukses lebih berfungsi bagi masyarakat dan organisasi, melebihi teknologi maupun uang. Keterlibatan murid dalam pengembangan kurikulum besar artinya. Kerjasama dan ide siswa diperlukan untuk menguji dan memodifikasi program baru jika diperlukan.
 Implementasi Sebagai Suatu Proses Perubahan
          Perancang kurikulum perlu mempersiapkan dukungan untuk merekomendasikan atau memodifikasi program mereka demi memfasilitasi implementasi secara cepat. Tanpa dukungan keuangan yang memadai, usaha penyebar luasan program akan gagal. Disamping keberadaan uang dan sumber daya manusia, kepala sekolah merupakan faktor kunci keberhasilan inovasi dan implementasi kurikulum, demi  kelangsungan hubungan antara staf administrasi dan para guru serta semua pihak yang terlibat. Dengan demikian kepala sekolah dituntut untuk memiliki ilmu pengetahuan dan berpegang teguh pada kurikulum agar dapat berperan sebagai Pembina kurikulum.
          Perubahan kurikulum bisa berhasil berdasarkan :
  1. Inovasi dirancang untuk memperbaiki tingkat perkembangan siswa.
  2. Inovasi yang berhasil menghendaki adanya perubahan struktur dari sekolah tradisional, dimana tercipta perubahan antara guru dan murid dalam hal tanggung jawab masing-masing di dalam kelas dan interaksi satu sama lain.
  3. Inovasi harus ditata dengan baik dan merata bagi semua guru.
  4. Implementasi yang sukses dilakukan harus bersifat organik bukan birokratis.
  5. Perlu adanya rancangan kurikulum yang pasti untuk memfokuskan usaha seseorang, waktu dan uang agar aktifitas tersebut berjalan secara rasional.
           Adanya pengetahuan baru tidak cukup untuk perubahan kurikulum. Masyarakat perlu mengenal pentingnya arti perubahan kurikulum. Beberapa proses perubahan dapat diterapkan, diantaranya kepemimpinan, komunikasi dan pemecahan masalah. Pembina kurikulum harus memfasilitasi proses perubahan ini melalui kepemimpinan, komunikasi, potensi manusia dan pemecahan masalah bersama serta evaluasi.
          Orang-orang yang terlibat dalam aktifitas implementasi kurikulum perlu memahami ruang lingkup perubahan, yakni:
  1. Perubahan yang dirancang dimana siapapun yang terlibat memiliki kekuatan dan fungsi yang sama sejalan dengan aktivitas masing-masing.
  2. Keterpaduan terlihat dari penentuan hasil kelompok  dimana kelompok tersebut terkontrol kekuatan dan cara kerjanya untuk mengatur ketidak seimbangan.
  3. Perubahan interaksi terlihat dari penetapan tujuan yang menguntungkan dan distribusi kekuatan yang sama diantara kelompok.
           Sering juga terjadi di sekolah perubahan secara alami atau acak, dimana bentuk perubahan ini terjadi tanpa adanya penetapan tujuan yang jelas dan pasti dari semua pihak yang terlibat. Kurikulum hanya disesuaikan atau dimodifikasi bukan berdasarkan hasil analisa yang teliti.
          Perubahan strategi dapat  dianggap sebagai suatu kelemahan:
  1. Strategi rasional empiris menekankan pentingnya pemahaman akan perlunya perubahan dan memiliki kompetensi untuk menerapkannya. Banyak juga sekolah yang kurang  memahami perlunya perubahan dan kemampuan untuk menerapkannya.
  2. Strategi reedukatif normatif berdasarkan rasio dan intelegensi manusia. Manusia akan berubah jika didekati secara rasional dan yakin bahwa mereka perlu merubah nilai, tingkah laku, pemahaman dan skill.
  3. Strategi kekuatan menghendaki agar setiap individu mengikuti harapan dimana setiap orang yang berkuasa akan berada di atas yang lainnya. Cara ini jarang digunakan karena memiliki unsur pemaksaan terhadap masyarakat untuk menerima program baru.
           Hambatan terbesar dalam melaksanakan perubahan biasanya terdapat pada staf, administrasi atau masyarakat. Banyak yang beranggapan lebih mudah menetapkan sesuatu sebagaimana adanya. Ada suatu tradisi dimana kita patuh terhadap institusi dan tidak ingin merubahnya. Banyak masyarakat yang senang dengan situasi sekolah saat ini yang diatur secara birokrasi. Kepatuhan yang telah tertanam tidak ada artinya terhadap perubahan yang dianjurkan tanpa adanya pemahaman tujuan yang pasti dari suatu program baru dimana mereka tidak merencanakan bagaimana seharusnya program tersebut dapat berjalan melebihi program yang telah ada. Kadang-kadang masyarakat menghambat inovasi dan implementasi kurikulum karena kurangnya ilmu pengetahuan. Idealnya semua pihak yang terlibat diberi informasi oleh pihak sekolah akan perlunya program baru. Tetapi hambatan ini ada juga sisi positifnya karena  setiap perubahan perlu dipikirkan dengan hati-hati sejalan dengan proses inovasi dan pertimbangan terhadap dinamika manusia yang terlibat dalam program implementasi.
          Implementasi kurikulum merupakan kelompok individu yang melibatkan diri dalam suatu kerja sama, tidak hanya mengembangkan suatu aksi tetapi juga melayani anggota lainnya dalam menghadapi perubahan.
          Panduan berikut dapat meningkatkan penerimaan individual atas inovasi kurikulum:
  1. Aktivitas kurikulum harus bersifat kooperatif.
  2. Penata kurikulum harus mempersiapkan prosedur yang tepat karena keinginan masyarakat tidak sama terhadap perubahan.
  3. Inovasi merupakan titik tolak perubahan. Kurikulum baru hadir sebagai respon terhadap konteks dan waktu tertentu. Perubahan bersifat konstan dan masyarakat perlu menyadari bahwa seluruh program akan ditinjau secara konstan untuk menentukan perlu atau tidaknya perubahan tersebut dilanjutkan.
  4. Waktu yang tepat merupakan kunci untuk meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap suatu inovasi.
Ben Harris mengobservasi beberapa hal yang mungkin untuk strategi perubahan:
  1. Mengklarifikasi garis otoritas.
  2. Melibatkan pihak terkait dalam penentuan target, pemilihan staf dan evaluasi.
  3. Menentukan peran dan tanggung jawab guru.
  4. Melatih karyawan atau pegawai dalam perubahan strategi dan teknik resolusi komplek.
  5. Memberi dukungan penting bagi pihak yang terlibat dalam implementasi kurikulum.
          Keberhasilan atau kegagalan usaha perubahan organisasi yang dirancang berdasarkan kemampuan Pembina mengarahkan staf menghadapi tantangan terhadap perubahan yang ada , atau pada waktu pengenalan inovasi.
          Dalam mengarahkan setiap orang yang terlibat dalam sistem implementasi kurikulum kita harus ingat bahwa bawahan harus dibujuk dan dimotivasi agar mereka bertindak sesuai  dengan cara yang baru. Pembina kurikulum akan bersama-sama  dengan  bawahannya untuk berpartisipasi menentukan perubahan program.  Kebersamaan ini merupakan konsep kunci dalam teori pemerataan masyarakat. Ini dirancang sebagai tujuan awal bagi perubahan yang bersifat kreatif.
          Hall dan Loucks telah meneliti bahwa kepentingan implementasi kurikulum dapat dibagi dalam empat kelompok:
  1. Kepentingan yang tidak relevan. Disini guru tidak merasa berhubungan dengan perubahan yang disarankan. Karena para guru tidak menganggap perubahan sebagai hal yang berpengaruh terhadap diri mereka.
  2. Kepentingan pribadi. Reaksi individu sesuai dengan situasi mereka. Mereka merasa berkepentingan terhadap program baru setelah membandingkannya dengan program yang ada. Mereka akan menghadapi pertanyaan apapun atau mengajarkan inovasi tersebut.
  3. Kepentingan yang berhubungan dengan tugas. Guru menyadari bagaimana pentingnya implementasi program baru di kelas yang mereka ajar.
  4. Kepentingan yang berhubungan dengan akibat perubahan kurikulum. Seorang guru lebih mementingkan bagaimana inovasi berpengaruh pada organisasi secara keseluruhan. Mereka tertarik pada pengaruh program baru terhadap siswa, rekan-rekan dan masyarakat. Mereka ingin menentukan juga pengaruh program tersebut terhadap apa yang mereka ajarkan.
Model Kursus Tantangan Kepemimpinan
          Dengan berbagi kepentingan, semua pihak yang terlibat mampu menjalankan berbagai perubahan untuk menyampaikan program baru secara lebih luas.
          Pembina kurikulum bertanggung jawab menjamin lima persyaratan yang ada selama periode implementasi:
  1. Anggota organisasi harus memahami inovasi yang diusulkan.
  2. Setiap individu dalam organisasi harus diberi keahlian dan memiliki kemampuan untuk menjalankan inovasi.
  3. Material dan peralatan yang penting untuk inovasi harus ada.
  4. Sekolah harus dimodivikasi agar sesuai dengan inovasi yang disarankan.
  5. Semua pihak yang terlibat dalam inovasi harus dimotivasi untuk menyediakan waktu dan usaha agar inovasi tersebut sukses.
          Titik awal perubahan pendidikan ada dalam proses pemecahan masalah pengguna kurikulum. Jika perubahan terjadi, pengguna kurikulum harus menemukan informasi yang berhubungan dengan masalah mereka. Sistem awal harus memiliki gambaran yang jelas bagi masalah yang dihadapi oleh pemakai kurikulum jika ingin memperoleh pengetahuan yang sesuai. Sistem ini juga harus memberikan solusi yang mungkin bagi sipemakai kurikulum.
Model Pengembangan Organisasi
          Blake dan Mouton menjelaskan beberapa prinsip pengembangan organisasi yang dapat diterapkan bagi pendidikan:
  1. Unit perubahan merupakan organisasi yang bersifat otonom yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
  2. Pemimpin terkenal harus terlibat dalam penentuan pembuatan keputusan yang diperlukan untuk menjalankan perubahan.
  3. Pihak yang bertanggung jawab mengatur perubahan perlu diberi kesempatan mempelajari konsep perilaku pemimpin.
  4. Semua orang dalam organisasi harus dilibatkan.
          Pengembangan organisasi melibatkan kelompok-kelompok pelatihan, bukan perorangan, dalam berkomunikasi dan memecahkan masalah keahlian. Ini memerlukan pembentukan kelompok dan patuh pada system serta fungsi efisiennya. Adanya kelompok ini mendorong anggota untuk bekerjasama memecahkan masalah mereka. Kelompok bertanggung jawab merancang kembali struktur dan prosedur untuk meraih target implementasi kurikulum. Sekolah harus dipandang sebagai suatu system dimana suatu aksi akan mempengaruhi aksi lainnya.
          Rand Corporation menyarankan tiga model tahapan proses perubahan:
  1. Pendahuluan
  2. Implementasi
  3. Penyatuan
          Untuk mendukung program baru, masyarakat harus mengerti dan setuju bahwa ketiga tahap tersebut resmi sebagai tujuan organisasi. Sekali Pembina kurikulum berhasil mendukung anggota organisasi, aktifitas perubahan akan memasuki tahap berikutnya, dimana perubahan atau program diusulkan dan organisasi sekolah lokal dimodifikasi untuk beradaptasi dengan program atau prosedur tersebut. Ditahap penyatuan, perubahan yang diterapkan akan menjadi bagian dari program yang dikembangkan.
          Seseorang yang mengawali suatu perubahan dalam komunitas pendidikan dapat dianggap sebagai inisiator. Dalam beberapa hal, inisiator tetap berusaha mengembangkan perubahan secara keseluruhan. Inisiator umumnya berasal dari anggota organisasi yang berperan sebagai perantara dan tidak terlibat langsung diseluruh tahap perubahan kurikulum.
          Peran Inisiator
          Pendidik juga berperan sebagai inisiator, dimana para guru harus memulai proses perubahan kurikulum secara keseluruhan dengan merencanakan bagian-bagian tertentu, merevisi serta membawa bagian yang telah dimodifikasi kepada guru lainnya didalam system sekolah. Kepala sekolah berperan penting dalam pengembangan program karena mereka mengetahui suasana organisasi sekolah dan mendukung orang-orang yang terlibat dalam perubahan kurikulum. Jika seorang kepala sekolah menciptakan suasana baru, akan tercipta kerjasama yang baik diantara para guru dan guru-guru tersebut bersedia menanggung resiko untuk menciptakan dan mengantarkan program yang dinamis melebihi perubahan program itu sendiri.
          Guru dan kepala sekolah dapat berperan sebagai fasilitator untuk membina dan membentuk organisasi yang produktif bagi perencanaan kerja sama dan kebebasan kelompok. Dalam hal ini setiap individu dalam sistem sekolah akan memeriksa dan menentukan kesanggupan serta kualifikasi untuk terlibat dalam penerapan kurikulum tertentu. Kepala sekolah dapat memberikan kesempatan kepada staf untuk menerima dan melepaskan tanggung jawab kepemimpinan. Jika guru terlibat aktif dalam pengembangan kurikulum, kepala sekolah dan staf lainnya harus membebaskan mereka dari tugas regulernya agar dapat mengembangkan tugas baru. Proses implementasi dan pengembangan kurikulum harus diawasi. Pengawas mempersiapkan arahan dan bimbingan, serta meyakinkan para guru bahwa mereka memiliki keahlian untuk melaksanakan perubahan kurikulum. Para pengawas harus menyadari bahwa strategi mereka  tergantung pada situasi dan orang-orang yang terlibat. Pengawas harus menempatkan tanggung jawab pada guru-guru profesional yang berpengalaman. Jika pemilihan pengawas yang tepat, para guru akan berpegang teguh pada sistem dan merasa nyaman dengan program baru yang diterapkan. Para guru akan puas dan organisasi berjalan lancar.
Kesimpulan
Implementasi lebih dari sekedar pemberian material baru atau kursus belajar. Implementasi kurikulum baru akan melibatkan banyak pihak yang nantinya terlibat dalam suatu kerjasama, dimana interaksi dari semua pihak yang terlibat berdampak positif bagi kurikulum baru. Perubahan kurikulum bukanlah proses sesaat, tetapi merupakan rangkaian prosedur dan perilaku yang berlangsung terus menerus, sehingga tugas implementasi mencapai tujuan yang diharapkan. Keberhasilan implementasi program memerlukan penyelesaian tahap akhir yang sempurna. Ringkasnya seluruh pihak yang terlibat dalam perubahan strategi harus mengerti tentang perubahan rencana dan interaksi individu, kelompok serta sistem yang digunakan dalam usaha implementasi kurikulum baru.


No comments:

Post a Comment