IMPLEMENTASI KURIKULUM
CURRICULUM IMPLEMENTATION
(Chapter 9: Ornstein & Hunkins)
(Chapter 9: Ornstein & Hunkins)
Leslie
Bishop mengatakan bahwa implementasi memerlukan restrukturisasi dan pergantian.
Implementasi menghendaki pengorganisasian kembali, penyesuaian perilaku
pribadi, cara bersikap, penekanan program, lama pembelajaran dan adanya jadwal
serta kurikulum. Berarti para pendidik harus beralih ke program baru. Sejalan
dengan ini pembimbing kurikulum dapat memicu perubahan perilaku staf
berdasarkan mutu perencanaan awal dan presisi langkah pengembangan kurikulum
yang telah berjalan.
Dalam mengevaluasi implementasi
kita perlu mempertimbangkan berbagai asumsi
dari para pendidik untuk diproses. Banyak yang berpendapat bahwa implementasi
hanya sebagai langkah dalam proses perencanaan kurikulum yang hasilnya dapat
diharapkan dari perencanaan dan tingkat perancangan implementasi aktual. Fullan
dan Pomfret berkomentar: Jika terdapat penemuan yang menonjol dalam tinjauan
kami, ini berarti bahwa implementasi yang efektif memerlukan waktu inovasi,
interaksi personal dan kontak, pelatihan, serta dukungan masyarakat.
Untuk menerapkan program dan proses, perubahan perilaku dari pihak yang
terlibat harus ada. Implementasi merupakan proses yang melibatkan pengurangan
perbedaan antara praktek yang ada dengan praktek yang disarankan oleh para
innovator. Implementasi berusaha mempengaruhi perubahan perilaku. Perlu waktu
bagi masyarakat untuk menerima suatu inovasi.
Hubungan
Implementasi dengan Perencanaan
Implementasi yang sukses merupakan hasil perencanaan yang teliti. Ini merupakan
pengembangan dan penentuan bagaimana mengatur kebijaksanaan yang akan
mengendalikan aksi atau tindakan yang telah direncanakan tersebut. Perencanaan
berlangsung sebelum penciptaan program atau penyampaian program tersebut.
Perencanaan efektif harus sejalan dengan perubahan yang diinginkan untuk
penerapan selanjutnya.
Implementasi memerlukan perencanaan yang terfokus pada tiga faktor: Masyarakat,
program, organisasi atau proses serta institusi. Jika masyarakat berubah,
program dan organisasi juga berubah.
Pembina kurikulum perlu mempertimbangkan ketiga faktor di atas. Seorang Pembina
berharap untuk menekankan satu faktor melebihi faktor lainnya, tetapi Pembina
yang tidak ahli akan mengacuhkan faktor apapun. Banyak sekolah yang gagal
menerapkan program-programnya karena mengabaikan faktor masyarakat dan biaya.
Beberapa prinsip dapat membimbing perubahan tingkah laku orang dewasa. Prinsip
ini meliputi pengembangan berbagai perspektif, menyesuaikan waktu untuk
mengembangkan ide dan menciptakan lingkungan yang mendukung pembelajaran
sebagai prioritas. Dari hal ini pelaksana kurikulum memfasilitasi keterlibatan
aktif para guru untuk belajar dari pengalaman, mendorong terciptanya lingkungan
yang penuh keterbukaan dan saling percaya, serta memberikan umpan balik dimana
orang-orang yang terlibat menyadari bahwa kontribusi dan bakat mereka begitu
dihargai.
Guru butuh waktu untuk mencoba program baru agar dapat diterapkan. Mereka juga
butuh waktu merefleksikan tujuan dan objek baru tersebut, agar dapat
mempertimbangkan isi dan pengalaman belajar, serta menguji coba tugas baru
tersebut. Mereka dapat menangani program baru jika perubahan-perubahan yang
terjadi sejalan dengan peningkatan gaji. Pelaksana kurikulum yang berhasil akan
menghargai bahwa guru butuh waktu untuk terlibat dalam pelaksanaan suatu
kurikulum baru dan mahir dalam menyampaikan program baru tersebut.
Dengan demikian Pembina kurikulum perlu menciptakan suasana yang konduksif
diantara staf pengajar dan masyarakat. Pembina harus menginformasikan kepada
semua orang bahwa pandangan dan pertanggung jawaban mereka sangat dibutuhkan
dalam pengiriman dan pengolahan pesan. Hal ini nyata terlihat pada aktifitas
implementasi tingkatan kurikulum.
Kerjasama diantara setiap orang yang terlibat dalam implementasi program harus ada
sehingga perubahan tersebut berhasil dan melembaga. Jika seorang guru terlibat
aktif dalam pengembangan kurikulum dan implementasinya, besar kemungkinan
implementasi tersebut mengalami peningkatan.
Para pendidik harus belajar agar perubahan tersebut efektif dan memahami bahwa
hal ini bernilai profesional bagi mereka. Yang paling utama kita juga telah
mempelajari bahwa reformasi yang sukses lebih berfungsi bagi masyarakat dan
organisasi, melebihi teknologi maupun uang. Keterlibatan murid dalam pengembangan
kurikulum besar artinya. Kerjasama dan ide siswa diperlukan untuk menguji dan
memodifikasi program baru jika diperlukan.
Implementasi
Sebagai Suatu Proses Perubahan
Perancang kurikulum perlu mempersiapkan dukungan untuk merekomendasikan atau
memodifikasi program mereka demi memfasilitasi implementasi secara cepat. Tanpa
dukungan keuangan yang memadai, usaha penyebar luasan program akan gagal.
Disamping keberadaan uang dan sumber daya manusia, kepala sekolah merupakan
faktor kunci keberhasilan inovasi dan implementasi kurikulum, demi
kelangsungan hubungan antara staf administrasi dan para guru serta semua
pihak yang terlibat. Dengan demikian kepala sekolah dituntut untuk memiliki
ilmu pengetahuan dan berpegang teguh pada kurikulum agar dapat berperan sebagai
Pembina kurikulum.
Perubahan kurikulum bisa berhasil berdasarkan :
- Inovasi dirancang untuk memperbaiki tingkat perkembangan siswa.
- Inovasi yang berhasil menghendaki adanya perubahan struktur dari sekolah tradisional, dimana tercipta perubahan antara guru dan murid dalam hal tanggung jawab masing-masing di dalam kelas dan interaksi satu sama lain.
- Inovasi harus ditata dengan baik dan merata bagi semua guru.
- Implementasi yang sukses dilakukan harus bersifat organik bukan birokratis.
- Perlu adanya rancangan kurikulum yang pasti untuk memfokuskan usaha seseorang, waktu dan uang agar aktifitas tersebut berjalan secara rasional.
Adanya pengetahuan baru tidak cukup untuk perubahan kurikulum. Masyarakat perlu
mengenal pentingnya arti perubahan kurikulum. Beberapa proses perubahan dapat
diterapkan, diantaranya kepemimpinan, komunikasi dan pemecahan masalah. Pembina
kurikulum harus memfasilitasi proses perubahan ini melalui kepemimpinan,
komunikasi, potensi manusia dan pemecahan masalah bersama serta evaluasi.
Orang-orang yang terlibat dalam aktifitas implementasi kurikulum perlu memahami
ruang lingkup perubahan, yakni:
- Perubahan yang dirancang dimana siapapun yang terlibat memiliki kekuatan dan fungsi yang sama sejalan dengan aktivitas masing-masing.
- Keterpaduan terlihat dari penentuan hasil kelompok dimana kelompok tersebut terkontrol kekuatan dan cara kerjanya untuk mengatur ketidak seimbangan.
- Perubahan interaksi terlihat dari penetapan tujuan yang menguntungkan dan distribusi kekuatan yang sama diantara kelompok.
Sering juga terjadi di sekolah perubahan secara alami atau acak, dimana bentuk
perubahan ini terjadi tanpa adanya penetapan tujuan yang jelas dan pasti dari
semua pihak yang terlibat. Kurikulum hanya disesuaikan atau dimodifikasi bukan
berdasarkan hasil analisa yang teliti.
Perubahan strategi dapat dianggap sebagai suatu kelemahan:
- Strategi rasional empiris menekankan pentingnya pemahaman akan perlunya perubahan dan memiliki kompetensi untuk menerapkannya. Banyak juga sekolah yang kurang memahami perlunya perubahan dan kemampuan untuk menerapkannya.
- Strategi reedukatif normatif berdasarkan rasio dan intelegensi manusia. Manusia akan berubah jika didekati secara rasional dan yakin bahwa mereka perlu merubah nilai, tingkah laku, pemahaman dan skill.
- Strategi kekuatan menghendaki agar setiap individu mengikuti harapan dimana setiap orang yang berkuasa akan berada di atas yang lainnya. Cara ini jarang digunakan karena memiliki unsur pemaksaan terhadap masyarakat untuk menerima program baru.
Hambatan terbesar dalam melaksanakan perubahan biasanya terdapat pada staf,
administrasi atau masyarakat. Banyak yang beranggapan lebih mudah menetapkan
sesuatu sebagaimana adanya. Ada suatu tradisi dimana kita patuh terhadap
institusi dan tidak ingin merubahnya. Banyak masyarakat yang senang dengan
situasi sekolah saat ini yang diatur secara birokrasi. Kepatuhan yang telah
tertanam tidak ada artinya terhadap perubahan yang dianjurkan tanpa adanya
pemahaman tujuan yang pasti dari suatu program baru dimana mereka tidak
merencanakan bagaimana seharusnya program tersebut dapat berjalan melebihi
program yang telah ada. Kadang-kadang masyarakat menghambat inovasi dan
implementasi kurikulum karena kurangnya ilmu pengetahuan. Idealnya semua pihak
yang terlibat diberi informasi oleh pihak sekolah akan perlunya program baru.
Tetapi hambatan ini ada juga sisi positifnya karena setiap perubahan
perlu dipikirkan dengan hati-hati sejalan dengan proses inovasi dan
pertimbangan terhadap dinamika manusia yang terlibat dalam program
implementasi.
Implementasi kurikulum merupakan kelompok individu yang melibatkan diri dalam
suatu kerja sama, tidak hanya mengembangkan suatu aksi tetapi juga melayani anggota
lainnya dalam menghadapi perubahan.
Panduan berikut dapat meningkatkan penerimaan individual atas inovasi
kurikulum:
- Aktivitas kurikulum harus bersifat kooperatif.
- Penata kurikulum harus mempersiapkan prosedur yang tepat karena keinginan masyarakat tidak sama terhadap perubahan.
- Inovasi merupakan titik tolak perubahan. Kurikulum baru hadir sebagai respon terhadap konteks dan waktu tertentu. Perubahan bersifat konstan dan masyarakat perlu menyadari bahwa seluruh program akan ditinjau secara konstan untuk menentukan perlu atau tidaknya perubahan tersebut dilanjutkan.
- Waktu yang tepat merupakan kunci untuk meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap suatu inovasi.
Ben
Harris mengobservasi beberapa hal yang mungkin untuk strategi perubahan:
- Mengklarifikasi garis otoritas.
- Melibatkan pihak terkait dalam penentuan target, pemilihan staf dan evaluasi.
- Menentukan peran dan tanggung jawab guru.
- Melatih karyawan atau pegawai dalam perubahan strategi dan teknik resolusi komplek.
- Memberi dukungan penting bagi pihak yang terlibat dalam implementasi kurikulum.
Keberhasilan atau kegagalan usaha perubahan organisasi yang dirancang
berdasarkan kemampuan Pembina mengarahkan staf menghadapi tantangan terhadap
perubahan yang ada , atau pada waktu pengenalan inovasi.
Dalam mengarahkan setiap orang yang terlibat dalam sistem implementasi
kurikulum kita harus ingat bahwa bawahan harus dibujuk dan dimotivasi agar
mereka bertindak sesuai dengan cara yang baru. Pembina kurikulum akan
bersama-sama dengan bawahannya untuk berpartisipasi menentukan
perubahan program. Kebersamaan ini merupakan konsep kunci dalam teori
pemerataan masyarakat. Ini dirancang sebagai tujuan awal bagi perubahan yang
bersifat kreatif.
Hall dan Loucks telah meneliti bahwa kepentingan implementasi kurikulum dapat
dibagi dalam empat kelompok:
- Kepentingan yang tidak relevan. Disini guru tidak merasa berhubungan dengan perubahan yang disarankan. Karena para guru tidak menganggap perubahan sebagai hal yang berpengaruh terhadap diri mereka.
- Kepentingan pribadi. Reaksi individu sesuai dengan situasi mereka. Mereka merasa berkepentingan terhadap program baru setelah membandingkannya dengan program yang ada. Mereka akan menghadapi pertanyaan apapun atau mengajarkan inovasi tersebut.
- Kepentingan yang berhubungan dengan tugas. Guru menyadari bagaimana pentingnya implementasi program baru di kelas yang mereka ajar.
- Kepentingan yang berhubungan dengan akibat perubahan kurikulum. Seorang guru lebih mementingkan bagaimana inovasi berpengaruh pada organisasi secara keseluruhan. Mereka tertarik pada pengaruh program baru terhadap siswa, rekan-rekan dan masyarakat. Mereka ingin menentukan juga pengaruh program tersebut terhadap apa yang mereka ajarkan.
Model
Kursus Tantangan Kepemimpinan
Dengan berbagi kepentingan, semua pihak yang terlibat mampu menjalankan
berbagai perubahan untuk menyampaikan program baru secara lebih luas.
Pembina kurikulum bertanggung jawab menjamin lima persyaratan yang ada selama
periode implementasi:
- Anggota organisasi harus memahami inovasi yang diusulkan.
- Setiap individu dalam organisasi harus diberi keahlian dan memiliki kemampuan untuk menjalankan inovasi.
- Material dan peralatan yang penting untuk inovasi harus ada.
- Sekolah harus dimodivikasi agar sesuai dengan inovasi yang disarankan.
- Semua pihak yang terlibat dalam inovasi harus dimotivasi untuk menyediakan waktu dan usaha agar inovasi tersebut sukses.
Titik awal perubahan pendidikan ada dalam proses pemecahan masalah pengguna
kurikulum. Jika perubahan terjadi, pengguna kurikulum harus menemukan informasi
yang berhubungan dengan masalah mereka. Sistem awal harus memiliki gambaran
yang jelas bagi masalah yang dihadapi oleh pemakai kurikulum jika ingin
memperoleh pengetahuan yang sesuai. Sistem ini juga harus memberikan solusi
yang mungkin bagi sipemakai kurikulum.
Model
Pengembangan Organisasi
Blake dan Mouton menjelaskan beberapa prinsip pengembangan organisasi yang
dapat diterapkan bagi pendidikan:
- Unit perubahan merupakan organisasi yang bersifat otonom yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
- Pemimpin terkenal harus terlibat dalam penentuan pembuatan keputusan yang diperlukan untuk menjalankan perubahan.
- Pihak yang bertanggung jawab mengatur perubahan perlu diberi kesempatan mempelajari konsep perilaku pemimpin.
- Semua orang dalam organisasi harus dilibatkan.
Pengembangan organisasi melibatkan kelompok-kelompok pelatihan, bukan
perorangan, dalam berkomunikasi dan memecahkan masalah keahlian. Ini memerlukan
pembentukan kelompok dan patuh pada system serta fungsi efisiennya. Adanya
kelompok ini mendorong anggota untuk bekerjasama memecahkan masalah mereka.
Kelompok bertanggung jawab merancang kembali struktur dan prosedur untuk meraih
target implementasi kurikulum. Sekolah harus dipandang sebagai suatu system
dimana suatu aksi akan mempengaruhi aksi lainnya.
Rand Corporation menyarankan tiga model tahapan proses perubahan:
- Pendahuluan
- Implementasi
- Penyatuan
Untuk mendukung program baru, masyarakat harus mengerti dan setuju bahwa ketiga
tahap tersebut resmi sebagai tujuan organisasi. Sekali Pembina kurikulum
berhasil mendukung anggota organisasi, aktifitas perubahan akan memasuki tahap
berikutnya, dimana perubahan atau program diusulkan dan organisasi sekolah
lokal dimodifikasi untuk beradaptasi dengan program atau prosedur tersebut.
Ditahap penyatuan, perubahan yang diterapkan akan menjadi bagian dari program
yang dikembangkan.
Seseorang yang mengawali suatu perubahan dalam komunitas pendidikan dapat
dianggap sebagai inisiator. Dalam beberapa hal, inisiator tetap berusaha
mengembangkan perubahan secara keseluruhan. Inisiator umumnya berasal dari
anggota organisasi yang berperan sebagai perantara dan tidak terlibat langsung
diseluruh tahap perubahan kurikulum.
Peran Inisiator
Pendidik juga berperan sebagai inisiator, dimana para guru harus memulai proses
perubahan kurikulum secara keseluruhan dengan merencanakan bagian-bagian
tertentu, merevisi serta membawa bagian yang telah dimodifikasi kepada guru
lainnya didalam system sekolah. Kepala sekolah berperan penting dalam
pengembangan program karena mereka mengetahui suasana organisasi sekolah dan
mendukung orang-orang yang terlibat dalam perubahan kurikulum. Jika seorang
kepala sekolah menciptakan suasana baru, akan tercipta kerjasama yang baik
diantara para guru dan guru-guru tersebut bersedia menanggung resiko untuk
menciptakan dan mengantarkan program yang dinamis melebihi perubahan program
itu sendiri.
Guru dan kepala sekolah dapat berperan sebagai fasilitator untuk membina dan
membentuk organisasi yang produktif bagi perencanaan kerja sama dan kebebasan
kelompok. Dalam hal ini setiap individu dalam sistem sekolah akan memeriksa dan
menentukan kesanggupan serta kualifikasi untuk terlibat dalam penerapan
kurikulum tertentu. Kepala sekolah dapat memberikan kesempatan kepada staf
untuk menerima dan melepaskan tanggung jawab kepemimpinan. Jika guru terlibat
aktif dalam pengembangan kurikulum, kepala sekolah dan staf lainnya harus
membebaskan mereka dari tugas regulernya agar dapat mengembangkan tugas baru.
Proses implementasi dan pengembangan kurikulum harus diawasi. Pengawas
mempersiapkan arahan dan bimbingan, serta meyakinkan para guru bahwa mereka
memiliki keahlian untuk melaksanakan perubahan kurikulum. Para pengawas harus
menyadari bahwa strategi mereka tergantung pada situasi dan orang-orang
yang terlibat. Pengawas harus menempatkan tanggung jawab pada guru-guru
profesional yang berpengalaman. Jika pemilihan pengawas yang tepat, para guru
akan berpegang teguh pada sistem dan merasa nyaman dengan program baru yang
diterapkan. Para guru akan puas dan organisasi berjalan lancar.
Kesimpulan
Implementasi lebih dari sekedar
pemberian material baru atau kursus belajar. Implementasi kurikulum baru akan
melibatkan banyak pihak yang nantinya terlibat dalam suatu kerjasama, dimana
interaksi dari semua pihak yang terlibat berdampak positif bagi kurikulum baru.
Perubahan kurikulum bukanlah proses sesaat, tetapi merupakan rangkaian prosedur
dan perilaku yang berlangsung terus menerus, sehingga tugas implementasi
mencapai tujuan yang diharapkan. Keberhasilan implementasi program memerlukan
penyelesaian tahap akhir yang sempurna. Ringkasnya seluruh pihak yang terlibat
dalam perubahan strategi harus mengerti tentang perubahan rencana dan interaksi
individu, kelompok serta sistem yang digunakan dalam usaha implementasi
kurikulum baru.
No comments:
Post a Comment